Pelatihan Jurnalisme Data Terbuka untuk Lingkungan dan Keaneka Ragaman Hayati

Pelatihan Jurnalisme Data Terbuka untuk Lingkungan dan Keaneka Ragaman Hayati

AJI Pontianak On Media, Berita, Foto, Kegiatan Tak ada komentar pada Pelatihan Jurnalisme Data Terbuka untuk Lingkungan dan Keaneka Ragaman Hayati

Pontianak – Sekitar 26 wartawan media cetak dan elektronik se-Kalimantan mengikuti pelatihan Jurnalisme Data Terbuka untuk Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati yang digelar oleh Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Pontianak dan WWF Indonesia di Hotel Best Western Kota Baru Pontianak, Sabtu (30/4/2016).

Workshop yang dilaksanakan selama dua hari ini yakni dari tanggal 30 April-1 Mei 2016 ini menghadirkan sejumlah narasumber seperti Program Manager WWF Indonesia-Kalbar, Albertus Tjiu, Program Manager Setapak II/JARI Borneo Barat, Faisal Riza, Peneliti Swandiri Institute, Arif Munandar, Direktur Kontak Rakyat Borneo-KRB, M Lutharif/Anong dan Redaktur Pelaksana Tempo, dan Wahyu Dhyatmika.

Project Leader dari AJI Pontianak, Edho Sinaga menuturkan 26 wartawan yang menjadi peserta workshop yakni 15 orang wartawan dari Kalbar, tiga wartawan dari Kalimantan Tengah, tiga wartawan Kalimantan Utara dan lima wartawan dari Kalimantan Timur.

Edho Sinaga menjelaskan, latar belakang Kalimantan memilki lahan luas dan tak pernah sepi dari berbagai konflik perebutan, pencaplokan, hingga tata kelola lingkungan yang menyebabkan kerusakan hutan dan keanekaragaman hayati. Kondisi ini tidak terlepas dari luasnya wilayah daratannya.

Ia mencontohkan Kalimantan Barat misalnya dengan komposisi hutan (42,32%) dan padang/semak belukar/alang-alang (34,11%). Adapun areal hutan terluas terletak di Kabupaten Kapuas Hulu seluas 1.964.491 ha.

Sedangkan padang/semak belukar terluas berada di Kabupaten Ketapang seluas 1.374.145 ha. Sementara itu areal perkebunan mencapai 1.574.855,50 atau 10,73 % (data:http://www.kalbarprov.go.id/info). Dari 14,68 ribu ha luas Kalimantan Barat, areal untuk pemukiman hanya berkisar 0,83 persen.

“Luasnya lahan ini seharusnya berbanding lurus dengan pengelolaan yang baik. Sayangnya, hal itu masih sebatas mimpi. Terutama jika dikorelasikan dengan kejadian yang hampir setiap bulan hadir di media massa, yakni pencaplokan lahan, perusakan hutan dan sebagainya,”ujarnya.

Ketua AJI Pontianak, Heriyanto Sagiya menambahkan untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan upaya kerjasama seluruh komponen masyarakat Indonesia, baik pemerintah, swasta, dan unsur masyarakat sipil untuk mengawasi tata kelola lingkungan.

Misalnya pemberian izin pengelolaan hutan, konversi ke lahan perkebunan sawit, dan pertambangan, agar sumber daya alam itu dimanfaatkan secara seimbang dan berkelanjutan.

Sumber Tribun Pontianak

Author

Leave a comment

Search

Back to Top